Sabtu, 18 Maret 2017

Kembali Ke Kotamu

Aku berangkat ke kotamu pagi sekali dengan bus yang kacanya berembun dan supir yang berkali-kali menguap. Kurapatkan jaket, hawa dingin menusuk tulang. Mungkin kau bisa mengira, atau bahkan tak mengira sama sekali aku selalu melakukan perbuatan bodoh ini setelah bertahun-tahun kita tak pernah menghabiskan waktu bersama; aku mencarimu di kota yang sudah tak kau tinggali.

"Kenapa aku selalu menyongsong masa laluku?."
Aku menyusuri setiap inchi sudut kota yang menyimpan kenangan akan kita. Bangunan-bangunan selalu berubah tapi masih sama, masih menertawaiku sebab seorang lelaki yang tak pernah bisa lepas dari kenangan.Tak pernah berhenti kukagumi keindahan kota yang penuh bangunan jaman kolonial ini. Kunikmati cerita sejarah dibaliknya dari seorang tua yang dari lahir bermukim disana. Beruntung bisa mendengar sejarah dari saksi mata, juga bisa membunuh waktuku di kotamu.

Aku duduk diam di tempat yang pernah kita singgahi, menghabiskan lembar buku-buku yang kuharap bisa menipuku karena kenangan selalu muncul begitu saja. Lalu, mataku sibuk memperhatikan lalu lalang orang dan berharap menemukan sosokmu walaupun aku tahu kau berada jauh ribuan kilometer dari sini. Kau pernah berkata kalau kita sudah tak bersama lagi kau akan pergi jauh, jauh sekali.

Kulihat jam di pergelangan tangan kiri. Dulu, kau selalu mengantarkanku ke tempat pemberhentian bus tepat pukul empat, menatapku lekat dengan tatapan -aku masih ingin bersamamu- tapi bagaimana lagi, agar tak kemalaman sampai kotaku katamu. Sampai sekarang aku masih mengikuti kata-katamu, pulang tepat pukul empat.

Seorang pernah berkata, rahasialah yang menjadikan seorang wanita benar-benar wanita, a secret makes a woman a woman. Aku mengingat lelaki yang setelahnya mengisi hariku, selalu mencari sosokmu yang ada padanya. Rasa ganjil mengalir dalam diri, bisakah manusia terbebas dari kenangan?.

(Solo, Maret 2017)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar